Kamis, 21 November 2013

Dinamika Partikel



1.Mengukur Percepatan Benda

Untuk mengukur percepatan benda yang bergerak dapat kita gunakan ticker timer yang cara pemakaiannya sudah dijelaskan di depan. Misalkan kita ingin mengukur percepatan sebuah mobil mainan yang meluncur pada bidang miring seperti ditunjukkan Gambar 2.2.


Setelah pita ketik kita hubungkan pada mobil mainan (tanpa baterai) dan mobil meluncur ke bawah, maka rekaman pada pita tiker akan tampak.
Anda tentu masih ingat bahwa interval waktu antara dua dot terdekat adalah 0,02 s sehingga interval waktu untuk 10 dot berturut-turut adalah 0,2 s. Untuk mengukur percepatan mobil mainan, kita harus menentukan terlebih dahulu kecepatan awal dan kecepatan akhir mobil mainan untuk selang waktu tertentu. Misalkan saja selang waktu tersebut adalah selang waktu untuk menempuh 50 dot atau 5 x 10 dot berturut-turut sehingga lamanya waktu tersebut adalah Dt=1 s.

Jarak So dan S1 pada Gambar 2.4 diukur menggunakan penggaris mm, kedua jarak ini ditempuh dalam selang yang sama, yakni 0,2 s (sama dengan waktu untuk 10 dot) sehingga kita dapatkan kecepatan awal Vo = So / t dan kecepatan akhir v1 = S1 / t. Perubahan kecepatan ini terjadi setelah mobil mainan menempuh 50 dot berturut-turut atau Dt = 1 s, sehingga percepatan mobil mainan dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan: a = (vt - vo ) / Dt
(bahan-ajar/modul_online/fisika/kinematika gerak lurus.com)



Pada percobaan gesekan dan bidang miring ini melakukan dua buah praktikum, yakni: praktikum untuk menentuka koefisien gesek kinetik dan praktikum menentukan koefisien gesek statis. Pada kedua praktikum ini masing-masing menggunakan alat dan bahan yan berlainan.
Pada percobaan I menentukan koefisien gesek kinetik, alat dan bahan yang digunakan antara lain: sebuah air track (benda 1), 3 buah bandul berbeda (benda 2), tali atau benang secukupnya, dua buah sensor waktu, sebuah mesin blower, dan sebuah alat ukur pembaca sensor otomatis.

Dapat dilihat pada gambar 1 bahwa cara kerja dari percobaan I ini ialah, ketika blower dinyalahkan dan menggerakkan air track sebagai benda 1, maka bandul (benda 2) akan bergerak ke bawah. Saat air track melewati kedua buah sensor, waktu yang didapatkan tersimpan pada alat otomatis, serta dapat diketahui dan dicatat hasil ∆t.
Percobaan II adalah menentukan koefisien gesek statis.Pada percobaan ini, ada dua tahap yang dilakukan, yakni balok dilapisi dengan alumunium dan balok tanpa lapisan alumunium. Alat dan bahan yang digunakan antara lain ialah, selembar alumunium yang melapisi bagian bawah balok, sebuah balok, 5 buah lempengan (beban), tali secukupnya, sebuah katrol, dan sebuah alat bidang miring yang dilengkapi busur.

Pada percobaan II ini ada dua tahapan, yaitu balok dilapisi dengan alumunium dan tanpa lapisan alumunium diletakkan di atas alat bidang miring, lalu alat tersebut digeser sedikit demi sedikit kebawah.Setelah dirasa balok mengeluarkan fges, hasil sudut dari sebuah busur dapat dilihat dan dicatat nilai sudutnya.Selanjutnya menambahkan lempengan satu persatu di gantungan beban.Hal ini dilakukan terus menerus hingga 5 buah lempengan dan di ganti dengan tahapan kedua.


Gaya pada Bidang Miring – Istilah bidang miring adalah istilah untuk menyatakan bidang datar yang membentuk suatu sudut dari permukaan tanah. Untuk lebih memahami pengertian bidang miring simak gambar berikut
Gambar di atas menunjukkan ada sebuah benda yang jatuh menyusuri sebuah bidang miring. Benda tersebut jatuh akibat adanya gaya gravitasi yang bekerja padanya. Pada benda tersebut bekerja gaya bidang miring (gaya di bidang miring) dengan besar gaya sama seperti massa di kali dengan percepatan.
F = m.a
Untuk menentukan besarnya a kita terlebih dahulu mencari sudut A
sudut A = 90-α didapat persamaan
a/Cos A = g
 Bisa dibaca Agus Percosa Gaby
 Contoh soal bidang miring (mencari percepatan)
Sebuah benda meluncur mengikuti bidang miring dengan sudut kemiringan alfa = 30o. Jika massa benda adalah 2 Kg, maka percepatan benda tersebut adalah? (g = 9,8 m/s2)
a/Cos A = g
a = g Cos A = 9,8 Cos (90o-30o) = 9,8 x Cos 60o
a = 9,8 x 0,5 = 4,9 m/s2
Gaya Yang Bekerja Pada Bidang Miring
Jika suatu benda sobat taruh dalam bidang miring, benda tersebut karena pengaruh gravitasi akan bergerak ke bawah. Akantetapi sobat jangan lupa ketika dua benda bersentuhan bekerja
gaya gesek. Jadi ada 2 kemungkinan yang terjadi. Pertama benda akan tetap diam jika gaya berat benda tidak lebih besar dari gaya gesek statis. Kemungkinan kedua, benda bergerak dengan percepatan tertentu karena gayaberat benda lebih besar dari gaya gesek statis. Simak gambar berikut,
Gaya berat adalah mg sin α yang akan dilawa oleh gaya gesek sebesar koefisien dikali gaya normal F= μN. Darinya di dapat rumus bidang miring
ΣF = m.a
Fberat – Fgesek = m.a
mg Sin α – μN = m.a
mg Sin α – μmg Cos α = m.a (coret m)
gSin α – gμ Cos α = a
g (Sin α - μ Cos α) = a
a = g (Sin α - μ Cos α) (bisa dibaca Agus Gila, Sinta Milih Cosa)
Contoh Soal Bidang Miring
Jika sobat hitung punya benda yang meluncur jatuh pada bidang miring dengan kemiringan sudut 30o dengam massa benda adalah 4 kg dan keofisien gesek kinetis dengan bidang miring adalah 1/5 √3, makan percepatan benda tersebut dalam menuruni bidang miring adalah? (g = 10 m/s2)
Pembahasan
Sobat hitung bisa mengerjakannya dengan lengkap dari awal rumus ΣF = m.a atau bisa menggunakan
rumus yang sudah jadi
a = g (Sin α - μ Cos α)
a = 10 (1/2 - 1/2 √3 . 1/5 √3)
a = 10 (1/2 -3/10)
a = 10 x 1/5 = 2 m/s2
Besarnya gaya yang bekerja pada benda tersebut  = m.a = 4. 2 = 8 N
(http//www.rumushitung.com)


4.Koefisien gesek

Rumus untuk koefisien gesek statik sering dinyatakan dengan:
μ = tan θ
Rumus tersebut merupakan rumus yang digunakan sebagai cara untuk mengukur koefisien gesek. Apabila kita punya sebuah benda, misalnya buku, lalu kita ingin mengetahui berapa koefisien gesek statik antara buku dengan permukaan dari kayu, maka cara mengetahuinya adalah dengan meletakkan buku tersebut di atas permukaan kayu. Kemudian permukaan kayu itu kita miringkan (terhadap horizontal) sedikit demi sedikit. Pada saat awal (sudut kemiringan kecil), buku tidak akanbergerak, tetapi setelah terus dimiringkan, pada sudut kemiringan tertentu (θ) buku akan mulai mulai bergerak, nah tan θ inilah yang merupakan nilai μ.
Terlihat bahwa nilai sudut θ adalah spesial, tidak bisa divariasikan sembarangan, hanya terdapat satu nilai θ untuk koefisien gesek statik antara bahan kayu dan kayu. Hal ini mengakibatkan bahwa rumus diatas tidak bisa dipahami sebagai hubungan ketergantungan antara μs terhadap θ. Rumus itu memberitahu kita bagaimana cara mengukur μ.

Pada bidang miring, koefisien gesek statik diberikan oleh ekspresi : μ = tan θ, dimana θ adalah sudut kemiringan. Secara matematis ini ekuivalen.
Koefesien gesek statik hanya tergantung pada jenis bahan-bahan yang bergesekan.Atau dalam bahasa fisika, koefisien gesek statik merupakan karakteristik dua bahan yang bergesekan (misalnya, antara kayu dengan kayu, dll).
Koefisien gesek statik adalah karakteristik internal dari kemulusan permukaan yg berkaitan, tidak bergantung sama sekali dari berapasudut kemiringan yang kita berikan (faktor eksternal).
(muzella19.blogspot)
7.Hukum gerak Newton adalah tiga hukum fisika yang menjadi dasar mekanika klasik. Hukum ini menggambarkan hubungan antara gaya yang bekerja pada suatu benda dan gerak yang disebabkannya. Hukum ini telah dituliskan dengan pembahasaan yang berbeda-beda selama hampir 3 abad,[1] dan dapat dirangkum sebagai berikut:
  1. Hukum Pertama: setiap benda akan memiliki kecepatan yang konstan kecuali ada gaya yang resultannya tidak nol bekerja pada benda tersebut.[2][3][4] Berarti jika resultan gaya nol, maka pusat massa dari suatu benda tetap diam, atau bergerak dengan kecepatan konstan (tidak mengalami percepatan).
  2. Hukum Kedua: sebuah benda dengan massa M mengalami gaya resultan sebesar F akan mengalami percepatan a yang arahnya sama dengan arah gaya, dan besarnya berbanding lurus terhadap F dan berbanding terbalik terhadap M. atau F=Ma. Bisa juga diartikan resultan gaya yang bekerja pada suatu benda sama dengan turunan dari momentum linear benda tersebut terhadap waktu.


3.Hukum Ketiga: gaya aksi dan reaksi dari dua benda memiliki besar yang sama, dengan arah terbalik, dan segaris. Artinya jika ada benda A yang memberi gaya sebesar F pada benda B, maka benda B akan memberi gaya sebesar –F kepada benda A. F dan –F memiliki besar yang sama namun arahnya berbeda. Hukum ini juga terkenal sebagai hukum aksi-reaksi, dengan F disebut sebagai aksi dan –F adalah reaksinya.
Ketiga hukum gerak ini pertama dirangkum oleh Isaac Newton dalam karyanya Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica, pertama kali diterbitkan pada 5 Juli 1687.[5] Newton menggunakan karyanya untuk menjelaskan dan meniliti gerak dari bermacam-macam benda fisik maupun sistem.[6] Contohnya dalam jilid tiga dari naskah tersebut, Newton menunjukkan bahwa dengan menggabungkan antara hukum gerak dengan hukum gravitasi umum, ia dapat menjelaskan hukum pergerakan planet milik Kepler.
(http//www.wikipedia/hukum_gerak_newton)
4.Koefisien Gesekan 
Saat membahas kegiatan belajar 1, Anda telah dijelaskan bahwa koefisien gesekan merupakan besaran yang menunjukkan tingkat kekasaran permukaan suatu benda ketika kedua benda sedang bergesekan.

Secara matematis koefisien gesekan dirumuskan sebagai bilangan hasil perbandingan antara besarnya gaya gesekan dengan besarnya gaya normal suatu benda. Jadi nilai koefisien gesekan ditentukan oleh dua faktor yaitu tingkat kekasaran kedua bidang sentuhnya dan gaya normal yang bekerja pada benda tersebut.

Besarnya gaya normal yang bekerja pada suatu benda sebanding dengan berat bendanya, sebab pada benda hanya bekerja gaya berat yang terdapat di permukaannya. Sehingga secara matematis besarnya gaya normal sama dengan gaya beratnya, N = w = m.g.
5.JENIS – JENIS GAYA
Gaya normal terjadi jika suatu benda bersentuhan dengan benda lain.
Gaya normal didefinisikan sebagai gaya tekan yang bekerja pada bidang sentuh antara dua permukaan yang bersentuhan dan arahnya selalu tegak lurus bidang sentuh.
Ketika balok jatuh telah sampai kelantai gaya gravitasi tetap bekerja walaupun benda sudah berhenti. Sesuai Hukum III Newton , gaya aksi (Gaya Berat) yang dikerjakan benda pada lantai akan menimbulkan gaya reaksi dari lantai pada benda gaya ini di sebut Gaya Normal.


Pasangan aksi-reaksi yang terjadi sebagai berikut:
Gaya aksi diberikan bumi pada benda (w) menimbulkan gaya reaksi dari benda ke pusat bumi (w’ ). Jadi, pasangan aksi reaksinya:
w = – w’
Gaya aksi yang diberikan oleh benda pada meja (N) menimbulkan gaya reaksi yang diberikan meja pada benda (N) yang disebut gaya normal.
N = – N ‘
    Gaya Tegang Tali
Gaya tegangan tali (T) terjadi jika benda dihubungkan dengan tali.
  Gaya Berat
gaya berat sering disebut dengan berat. terkadang kita sulit untuk membedakan atara berat dengan massa. Massa (m) adalah ukuran banyaknya materi yang dikandung oleh suatu benda, dan dinyatakan dalam satuan (kg), sedangkan berat (w) adalah gaya yang diterima benda akibat gravitasi bumi.
Berdasarkan Hukum II Newton, berat benda dirumuskan:
w = m.g
di mana
w = gaya gravitasi bumi pada benda atau berat benda dalam Newton
m = massa benda, dalam kg
g = percepatan gravitasi bumi yang besarnya 9,8 ms-2 kadang-kadang untuk memudahkan dibulatkan menjadi 10 ms-2

Analisis Data


Bidang Datar









M1 ( KG)
M2 (KG)
S (M)
T rata ( s)
v ( m/s)
a ( m/s)





0.054
0.05
0.7
0.513
2.729044834
5.319775505





0.054
0.1
0.7
0.423
3.309692671
7.824332556





0.057
0.05
0.7
0.563
2.486678508
4.416835716





0.057
0.1
0.7
0.36
3.888888889
10.80246914






































M1 ( KG)
M2 (KG)
v ( m/s)
∆S
∆T
∆V (m/s)
KSR ( % )
AB
V seb = V±∆V ( m/s)


0.053
0.05
2.729044834
0.0005
0.005
0.028548195
0.010460874
4
2.75759303
sampai dengan
2.700496639
0.054
0.1
3.309692671
0.0005
0.005
0.041485729
0.012534617
4
3.3511784
sampai dengan
3.268206942
0.057
0.05
2.486678508
0.0005
0.005
0.023860378
0.00959528
4
2.510538886
sampai dengan
2.46281813
0.057
0.1
3.888888889
0.0005
0.005
0.056790123
0.014603175
4
3.945679012
sampai dengan
3.832098765






















M1 ( KG)
M2 (KG)
a(m/s)
∆a
KSR(%)
AB
V seb = a±∆a ( m/s)


0.054
0.05
5.319775505
0.104413613
1.962744729
3
5.424189119
sampai dengan
5.215361892


0.054
0.1
7.824332556
0.185686687
2.373195224
3
8.010019243

7.63864587


0.057
0.05
4.416835716
0.079166075
1.792370822
3
4.49600179

4.337669641


0.057
0.1
10.80246914
0.300782873
2.784390023
3
11.10325201

10.50168626














secara dinamika








M1 ( KG)
M2 (KG)
S (M)
g(m/s2 )
v(m/s)
a(m/s)





0.054
0.05
0.7
9.8
2.56829785
4.711538462





0.054
0.1
0.7
9.8
2.984810029
6.363636364





0.057
0.05
0.7
9.8
2.532037708
4.579439252





0.057
0.1
0.7
9.8
2.956155189
6.242038217
















 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar